Belajar merupakan kegiatan inti dalam proses pendidikan. Dalam kegiatan belajar dapat timbul berbagai masalah baik pelajar maupun pengajar. guru di SLB Sungai Penuh, bahwa anak tuna grahita mengalami kesulitan dalam belajar karena mereka sulit sekali mengingat (mempunyai daya ingat yang lemah). Pada dasarnya perkembangan kognitif dan mental anak tunagrahita tidak dapat mengalami peningkatan dengan sendirinya. Akan tetapi membutuhkan rangsangan atau stimulus dalam jumlah yang banyak dan rangsangan- rangsangan tersebut harus diberikan oleh guru dalam kegiatan belajar mengajar di SLB secara teratur sistematis dan dengan kesabaran guru. Jenis Penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian penelitian studi kasus desain penelitian deskriptif kualitatiflokasi penelitian ini akan dilakukan di Sekolah Luar Biasa (SLB) Kota Sungai Penuh. Subjek Penelitianuntuk mengungkap fakta-fakta di lapangan. teknik pengumpulan data, Observasi, wawancara, dokumentasi, instrumen penelitian, teknik analisis datateknik keabsahan data. Manajemen pembelajaran pada anak berkebutuhan khusus (Tuna Grahita) oleh Guru Non-PLB di sekolah luar biasa (SLB) Kota Sungai Penuh terdapatnya pemahaman mengenai pengawasan bukan berarti inspeksi tetapi berubah menjadi pemantauan, penilaian dan supervisi. Oleh karena itu terjadi pergeseran dalam memandang pengawasan yang bermuatan sebagai supervisi yang melambangkan kegiatan memantau, mengadakan penilaian, dan selanjutnya mengadakan perbaikan dan pengembangan yang dilakukan secara bersama-sama antara tuna grahita, kepala sekolah, dan melibatkan langsung anak tunagrahita sehingga tercipta suasana belajar yang menyenangkan atau ramah. Faktor pendukung dan penghambat yang dihadapi guru dalam mengoptimalkan hasil belajar bagi siswa tunagrahita adalah sesuatu yang dapat dijadikan pendidikan itu maju dan berhasil secara baik sehingga apa yang menjadi tujuan pendidikan dapat tercapai. Faktor penghambat pembelajaran oleh guru Non-PLB pada anak (Tuna Grahita) di Sekolah Luar Biasa (SLB) Kota Sungai Penuh adalah guru non-PLB mengalami kesulitan dalam mengenal perbedaan individu anak dengan segala kelemahan dan kekuatannya yang mengakibatkan kesulitan dalam merancang dan melaksanakan pembelajarannya yang pada akhirnya kemampuan anak tunagrahita tidak teraktualisasi secara optimal.