Deskripsi/Abstract
Berdasarkan pencarian dan pemaparan dalam penelitian ini yang
terdapat pada pembahasan di Bab sebelumnya, maka dapat diambil intisari
mengenai Toxic Positivity perspektif Al-Qur’an, di antaranya:
1. Gambaran Toxic Positivity di dalam ayat-ayat Al-Qur’an:
Berdasarkan pemaparan yang cukup panjang pada Bab sebelumnya
maka dapat dipahami yang dimaksud dengan Toxic Positivity adalah sikap
keobsesian terhadap kepositifan, seseoran menuntut dirinya untuk selalu
menunjukkan satu sisi saja yaitu sisi positif dan mengabaikan bentukbentuk emosional lainnya seperti marah, sedih, gembira, senang, terkejut,
dst. Toxic Positivity terjadi bisa disebabkan oleh orang lain dan diri
sendiri. Misalnya seseorang yang berkata “ah, begitu saja tidak bisa, dia
saja bisa kenapa kamu tidak” atau ungkapan “ah, tetap berpikir positif saja,
ambil saja hikmahnya,” umgkapan seperti ini merupakan bentuk Toxic
Positivity, karena mengabaikan emosi yang sebenarnya yang sedang ia
rasakan. Terobsesi untuk selalu menampilkan kepositifan.
Hal yang serupa dengan ini dapat kita lihat di dalam salah satu ayat
Al-Qur’an, QS. Ali-‘Imran ayat 156, di sana terdapat sebuah dialog yang
pada dialog tersebut terdapat ungkapan yang mengandung Toxic Positivity,
“seandainya mereka tidak melakukan hal itu, maka tentunya mereka tidak
akan mengalami apa yang menimpa mereka tersebut,” dan juga ungkapan
“seandainya mereka tidak pergi dan tetap berada bersama kami, maka
tentunya mereka tidak mati dan tidak terbunuh.” Dalam Al-Qur’an orang
yang mengungkapkan perkataan seperti ini dan seumpama dengannya
disebut dengan orang munafik dan merupakan bentuk kebodohan.
Adapun karakteristik Toxic Positivity di dalam Al-Qur’an ialah:
a. Berbicara toxic sembari menghasut dalam suatu komunitas, seolah-olah
ia mewakili seluruh komunitas tersebut, seperti yang terdapat dalam
QS. Al-Baqarah: 246 dan QS. Al-Baqarah: 76.
b. Terkesan mendiskreditkan dan menghakimi, seperti yang terdapat
dalam QS. Ali-‘Imran: 156, QS. Al-Dzariyat: 39, 52.
c. Membanding-bandingkan diri dengan orang lain dan merasa lebih baik
dari orang lain, seperti dalam QS. Al-Baqarah: 94, 111, 113, dan 135.
d. Memanipulasi perkataan, QS. Al-Baqarah: 8-9, QS. Al-Hadid: 13-14.
e. Tidak menjadi diri sendiri, selalu menampakkan sesuatu yang positif
yang tak sesuai dengan kenyataan (tidak realistis), QS. Al-Baqarah: 14,
QS. Al-Munafiqun: 1-2.
2. Toxic Positivity perspektif Al-Qur’an.
a. Melakukan sesuatu yang positif (supaya tidak menjadi toxic).
1) Terhadap diri sendiri: membersihkan/mensucikan yang terdapat pada
badan dan jiwa (QS. Al-Mudassir: 4-5), hati yang suci akan
menyelamatkan jiwa (QS. Asy-Syu’ra: 88-89 dan QS. As-Shaffat:
84), berzikir mengingat Allah menjadikan jiwa tenteram (QS. Ar-
122
Ra’d: 28), teliti dalam merespon suatu perkataan atau kabar berita
(QS. Al-Hujuraat: 6).
2) Terhadap orang lain: memberi manfaat untuk orang sekitar (QS. AnNisa’: 36).
b. Merespons sesuatu yang positif (supaya tidak menjadi toxic).
1) Membalas kebaikan dengan kebaikan (QS. An-Nisa’: 86)
2) Sadar dan tahu diri terhadap nikmat yang diperoleh (QS. Al-A’raf:
43 dan QS. Ibrahim: 7)
3) Menjahui prasangka sesuatu yang belum pasti (QS. Al-Hujuraat: 12)
3. Cara menyikapi Toxic Positivity dalam Al-Qur’an
a. Mengenali karakter diri sendiri (QS. Al-Hasyr: 19), cara mengenal diri
sendiri adalah dengan mengenal Allah melalui apa yang telah Dia
perintahkan kepada hamba-Nya untuk ditaati dan dilaksanakan orang
yang menyadari hakikat dirinya sebagai makhluk yang tidak berdaya
akan sadar dengan sendirinya bahwa ada yang Maha dari segalagalanya dalam mengatur dan mengawasi. Manfaat mengenal diri sendiri
seperti yang dikatakan dalam ayat di atas tadi adalah menjadikan
manusia berkarakter yang mahmudah, rendah hati, taat dalam beribadah
serta takut kalau harus melakukan dosa.
b. Dimensi emosi
1) Amarah (QS. Ali-‘Imran: 34), ketika seseorang dilanda amarah maka
hendaknya dia menenangkan dirinya agar amarah tersebut reda,
salah satu alternatifnya ialah dengan berwudhu’.
123
2) Sedih (QS. Ali-‘Imran: 39), perasaan sedih datang ketika seseorang
merasa gagal atau sesuatu hal yang tidak sesuai ekspektasinya, lalu
ia menyesalinya dan merasa sedih akan hal itu. Allah mengajarkan
cara meluahkan kesedihan dengan cara mempersiapkan diri dan
bersiap siaga disertai dengan kesungguhan tekad, semangat yang
kuat, berprasangka baik kepada Allah SWT., bertawakal kepada-Nya
dan yakin serta mantap bisa meraih kemenangan. karena menang
atau kalah adalah hal yang biasa, yang terpenting ialah akhir yang
baik dan kemenangan hanya untuk orang-orang yang bertakwa.
3) Takut (QS. Ali-‘Imran: 75), rasa takut datang pada diri seseorang
dikarenakan ada sebab yang menjadikannya takut, tidak lain dan
tidak bukan ketakutan itu hanyalah usaha setan-setan yang sedang
mengelabui kawanannya, yaitu orang munafik. Seorang mukmin
tidak akan terpengaruh dengan ucapan-ucapan yang menakut-nakuti
seperti ini, karena orang mukmin diperintahkan hanya takut kepada
Allah SWT semata.
4) Nikmat (QS. An-Nahl: 53), ketika mendapatkan suatu nikimat maka
bersyukurlah, jangan jadi seperti kacang yang lupa akan kulitnya,
atas apa yang diperoleh.
5) Cinta (QS. Ali-‘Imran: 14), cinta (asy-Syahwaah) merupakan sesuatu
yang wajar sebagai tabiat fitrahnya manusia. Allah memerintahkan
manusia untuk bersikap proporsional dalam merespons emosi cinta
ini, agar tidak terjerumus dengannya (toxic).
124
6) Terkejut/heran (QS. Hud: 72), terkadang manusia menganggap
sesuatu yang pada nalar mereka tidak logis, sehingga menyebabkan
mereka terheran dengan sendirinya. Allah mengajarkan manusia
dalam mengatasi emosi ini dengan bersikap bahwa segala sesuatu
mungkin saja terjadi atas kehendak-Nya.
7) Malu (QS. Al-Ahzab: 53), malu merupakan sifat yang akan membuat
seseorang merasa tidak nyaman, karena dia tidak berani dan merasa
sungkan untuk berterus terang seperti halnya yang dikisahkan dalam
ayat ini. orang yang malu untuk menegur secara langsung biasanya
akan memberi sebuah kode atau isyarat untuk mengungkapkan
teguran yang dirasanya perlu untuk dikatakan namun merasa malu
untuk dilakukan secara langsung.
Koleksi
Subject
Files
Karya Lainnya
Saat ini belum ada karya lain dari penulis yang sama.
Berdasar Subject
Berdasar Tags
Saat ini belum ada karya lainnya berdasar kategori ini.